Menyeimbangkan Kemelekatan

 

tumblr_muz13pahTX1slg27fo1_250
tumblr.com

Manusia dan alam semesta adalah sesuatu hal yang tidak bisa dipisahkan, jika alam semesta ini tidak ada maka begitu pula dengan manusia. Untuk itu manusia sangatlah bergantung dengan alam semesta. Manusia bergantung dengan makanan, minuman, air, udara, tanah, sinar matahari juga hal-hal yang kadang tidak dipedulikan sebelumnya. Sayangnya, manusia saat ini cenderung tidak bisa menjaga alamnya padahal bumi yang saat ini ditempatinya adalah tempat beraktivitas selama hidup. Jika manusia terus menerus merusak alam seperti membuang sampah sembarangan hingga menyebabkan kebanjiran, membakar hutan-hutan untuk kepentingan penguasa yang ingin menjadikan kawasan mall bencana akan bermunculan. Hal-hal seperti ini adalah hasil perbuatan manusia sendiri, tetapi ada beberapa kelompok yang mengatakan ketika bencana datang itu adalah salah satu jenis “kemarahan Tuhan”.

Lagi-lagi manusia dibodohi oleh kalimat yang sebenarnya mereka tidak mengerti. Mereka berpikir jika Tuhan adalah sosok yang sama sifatnya seperti manusia yaitu ketika dikecewakan maka dia akan membalas dengan sikap yang jauh tidak baik. Saya pikir pemikiran kemarahan Tuhan yang dituangkan melalui bencana alam adalah salah satu bentuk ajaran pembodohan atas ketidak-tahuan masyarakat. Sebagai manusia seharusnya bisa menjaga tempat tinggal sebaik-baiknya untuk generasi selanjutnya. Sejatinya manusia dan alam adalah hal yang saling terikat satu sama lain. Manusia memang selalu mudah terikat tidak hanya dengan alam tetapi mereka pun terikat antara manusia dengan manusia lainnya.

Timbulnya keterikatan kadang membuat penderitaan, semakin kita terikat akan suatu hal maka akan semakin menderita-lah kita. Salah satu contohnya adalah masyarakat Indonesia terikat dengan nasi, ketika mereka memakan lauk-pauk tidak menggunakan nasi maka hal tersebut tidak bisa dikatakan mereka sudah makan dan merasakan kenyang. Hal yang begitu mudah membuat manusia rapuh adalah ketika mereka terikat dengan manusia lainnya. Contoh yang sangat mudah yaitu sepasang sekasih yang sedang jatuh cinta.

“Jika jatuh cinta itu buta, berdua kita akan tersesat, saling mencari di dalam gelap. Kedua mata kita gelap-lalu kita gelap-hati kita gelap-lalu hati kita gelap.”- ERK

Salah satu petikan lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Jatuh Cinta Itu Biasa Saja menurut saya adalah sebuah lirik yang pas untuk generasi muda saat ini yang cenderung berlebihan ketika mendapatkan sensasi jatuh cinta. Lewat lagunya ERK mengajak para generasi muda untuk tidak selalu menggebu ketika jatuh cinta karena hal-hal seperti itu bisa dibentuk menjadi sebuah hal yang biasa. Ketika dua insan sedang jatuh cinta, mereka bisa belajar tidak hanya proses jatuh cintanya saja yang dinikmati tetapi mereka bisa belajar untuk saling menghidupi jiwa satu sama lain. Menghidupi kepekaan untuk membangkitkan hal-hal yang harus diperbaiki di dalam diri maupun lingkungan sekitar. Menghidupi supaya cahaya dalam hati yang redup menjadi bersinar dan menjadi pelita bagi kehidupan.

Anak muda yang sedang merasakan jatuh cinta memang indah rasanya, tetapi mereka harus belajar keseimbangan ketika merasakan rasa jatuh cinta. Untuk bisa mengontrol rasa-rasa yang begitu meledak dalam diri memang tidak mudah, tetapi hal ini sangat diperlukan untuk terhindar dari rasa kecewa. Jika kelompok agama melarang pacaran karena berdosa dan dilarang oleh Tuhannya, untuk saya pacaran itu bukanlah hal yang buruk. Pacaran hanya sebuah istilah yang sama artinya dengan “belajar memahami karakter seseorang lebih dalam”. Istilah pacaran atau belajar memahami ini telah salah digunakan oleh masyarakat. Pacaran telah dibingkai sebagai perilaku yang penuh maksiat, dosa dan merusak moral, padahal jika setiap orang merubah bingkai tersebut proses saling memahami ini bisa menjadi sangat indah dan positif.  Mereka bisa saling belajar saling menghargai dan mengasihi.

Konsep pacaran jaman edan adalah ketika setiap insan saling melekat satu sama lain dan tidak lagi di ikuti oleh logika. Mereka cenderung mengikuti ego sebagai manusia, yaitu INGIN MEMILIKI. Setiap manusia memiliki rasa “ingin memiliki” tetapi ketika rasa ingin memiliki itu begitu kuat mereka akan melakukan apapun untuk mencapai keinginannya. Penguasa yang ingin memiliki kekayaan Indonesia akan melakukan berbagai cara untuk bisa menguasai negara ini, misalnya masuk dengan mengubah kebudayaan Indonesia dengan menanamkan kebudayaan negaranya. Seorang ibu yang merasa memiliki anaknya karena anak tersebut telah lahir dari dalam dirinya, maka rasa memiliki yang ditanamkan untuk anaknya begitu besar misalnya si anak harus tumbuh menjadi apa yang dirinya mau, tanpa memahami bagaimana karakter si anak yang sebenarnya.Maka si anak akan merasa tidak nyaman di rumah dan merasa dikekang.

Pernah dengar kan anak muda yang bunuh diri hanya karena putus cinta? Ya itu adalah salah satu jenis kemelekatan yang ekstrim. Ketika putus cinta seakan-akan dunia-nya hancur dan tidak akan ada lagi kebahagiaan yang didapatkan. Tidak setiap proses perpisahan adalah hal yang menyakitkan, dari proses terjatuh tersebut seharusnya bisa dijadikan bahan pembelajaran diri dan menjadikan diri menjadi jauh lebih kuat dan bijak untuk menghadapi segala sesuatu kedepannya.

Sebagai manusia kita memang tidak bisa menghakimi jika belajar memahami adalah hal yang buruk. Tetapi, kita harus membuka kesadaran bahwa setiap manusia harus bisa mencintai dirinya sendiri . Untuk itu manusia harus bisa belajar seimbang dalam setiap langkah yang diambil dalam hidupnya. Seorang bisku romo berkata pada saya:

“Sesuatu yang melekat pasti tidak nyaman apalagi ruang dan waktunya tidak tepat. Sebenarnya yang dibutuhkan manusia itu kedekatan bukan kemelekatan. Dekat belum tentu melekat. Melekat pun tidak harus pada yang dekat.Jika berjalan pun kaki kiri dan kanan selalu ada jarak. Bayangkan jika kedua kaki ini berjarak terlalu dekat atau terlalu jauh, pasti tidak nyaman melangkahnya.” ujar Satria Arya

Banyak manusia yang sudah cocok dengan pasangannya tetapi ketika mereka dikecewakan karena perbuatan pasangannya tidak sesuai apa yang di inginkan maka penderitaan yang didapatkan. Untuk itu, konsep saling memahami karakter seseorang lebih dalam bisa dicoba  dengan aturan tidak perlu melekat tetapi cukup dekat dan dibuat menjadi seimbang. Ketika kita dekat dengan seseorang bukan berarti seseorang tersebut harus selalu menjadi apa yang kita inginkan. Setiap orang memiliki tujuan dalam hidupnya dan tentunya sebagai salah seorang yang paling dekat dengan pasangan sebaiknya kita saling menghargai tujuan satu sama lain tanpa membebaninya.

“Kita tidak bisa menolak akan turunya hujan. Tapi kita punya pilihan mau kehujanan atau hujan-hujanan. Payung dan jas hujan sudah tersedia. Begitu pula dengan suka ataupun duka yang jika itu milik kita akan datang pada kita. Masalah kita ingin terus duka atau ingin terus suka tentu pilihan kita. Tapi saya punya keyakinan suka dan duka tidak akan bisa bertahan lama. Sebagai manusia untuk bisa mengimbangi antara suka dan duka itu sudah lebih baik. ” ujar Satria Arya

Belajar menajdi seimbang memang bukanlah hal yang mudah, perlu kesabaran dan komitmen yang kuat untuk menjalaninya. Untuk itu kita sebagai manusia bisa belajar untuk tidak selalu membuntuti pasangan kita, setiap pasangan kita bisa belajar mengenal satu sama lain dan menebarkan kebaikan tanpa adanya tuntutan apapun. Biarkan alam membawa perjalanan yang indah ini menjadi sebuah dongeng yang menarik untuk dibaca. Walaupun setiap pasangan menginginkan setiap proses itu menjadi sebuah tujuan yang lebih sakral tetapi dengan mencoba belajar seimbang jika ditengah perjalanan terjadi hal yang tidak diinginkan maka kekecewaan tidak akan berlama-lama singgah di dalam pikiran kita. Karena kita paham bahwa segala suatu hal memang tidak bisa dipaksakan dan tentunya perjalanan yang dianggap menyakitkan akan membawa kita ke jalan yang lebih baik dan hal ini terjadi untuk alasan yang baik.

So, Find your balance!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Memanusiakan LGBT

tumblr_nyae31FtLG1ul0yoco1_500
tumblr.com

Maraknya pemberitaan LGBT di berbagai macam media massa membuat masyarakat menjadi semakin takut. Entah apa yang ditakuti, yang jelas mereka menakuti-nakuti pikiran mereka sendiri sehingga muncul ketidak-nyamanan untuk bertegur sapa dengan para LGBT mereka menjauhi dan memberikan label “menjijikkan” pada LGBT sudah pasti ditanam dalam pikirannya. Hal yang paling ironi yang baru saja saya liat adalah munculnya spanduk “KAMI MENGUTUK LGBT” di depan Universitas berbasis agama di salah satu kota Bandung. Entah kenapa spanduk yang berisi kutukan ini seperti berkoar untuk membenci dan tentunya mereka yang katanya menerapkan nilai-nilai keagamaan tampaknya tidak memiliki solusi.

Walaupun tidak ada yang benar dari benarnya manusia tetapi kata “Mengutuk” yang mereka sebarkan pun layaknya kurang pantas. Manusia sekarang seolah-olah ingin menjadi Yang paling Maha diantara segala. Mereka bisa bebas menghakimi dan bisa memberikan hukuman kepada manusia lainnya, mereka lupa jika yang mereka lakukan adalah saling menyakiti sesamanya. Entah apa yang membutakan mereka, apakah dogma yang begitu kuat atau tidak ada lagi rasa kemanusiaan diantara sesama. Bhineka Tunggal Ika hanyalah semu semata.

Dalam penelitiannya Micheal Friedman seorang psikolog dari Manhatann menyebutkan bahwa sebanyak 50 % remaja LGBT mengalami reaksi negatif dari orang tua mereka, 30 % mengalami kekerasan fisik , dan 26 % ditendang keluar dari rumah. Sedangkan dalam orang dewasa LGBT mereka cenderung mengalami depresi dan kemungkinan tiga kali lebih besar untuk menggunakan obat-obatan terlarang dan delapan kali lebih mungkin berusaha bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh lingkungannya.

Apa yang menyebabkan lingkungan sangat membenci LGBT?

Tentu yang paling utama ada dari agama, norma, hukum negara. Menurut hasil penelitian saya, orang yang benar-benar mengatakan bahwa dirinya adalah seorang LGBT adalah “ketika mereka merasa jika jiwanya tidak sesuai dengan badan yang ditempatinya saat ini”. Mungkin ada beberapa orang yang menampik hal ini dan sama sekali menganggap hal ini kebohongan. Tetapi tentu tidak untuk seseorang yang benar-benar merasakannya.

Masyarakat Indonesia yang sudah termakan dogma-dogma yang begitu kuat tidak mudah untuk mencari tahu apalagi mencari tahu melalui ilmu pengetahuan mereka lebih senang dengan sesuatu yang instan dan mendengar kebohongan yang tanpa disadari dimakan oleh otaknya. Sehingga yang mereka hasilkan adalah kebencian.

Banyak pihak yang menganggap jika LGBT ini adalah suatu penyakit yang menular dan harus dimusnahkan. Maksud dimusnahkan disini bagi para pengikut agama adalah dimusnahkan manusianya bukan penyebabnya. Solusi yang begitu menggelitik menurut saya. Entah kenapa orang yang beragama yang katanya cinta terhadap Tuhan-nya dan sangat menjunjung nilai-nilai kebaikan bisa memakan mentah-mentah setiap kata yang ada. Padahal dalam kitab sucinya pun sudah disebutkan bahwa mereka harus menggunakan akal untuk berpikir.

Menurut saya, ketika manusia dilahirkan jika tidak ada gender mereka tidak akan tahu bahwa mereka itu laki-laki atau perempuan. Karena kehidupan ini sudah diatur oleh para leluhur dengan segala aturan juga sistem yang ada maka terbentuklah aturan  ketika seorang bayi lahir perempuan mereka akan diarahkan untuk menjadi seorang perempuan, bertingkah laku seperti perempuan dan dibentuk untuk menjadi sebagaimana sosok perempuan, begitu juga sebaliknya dengan laki-laki. Orientasi seksual mereka sudah dibentuk sejak kecil sehingga otak mereka sudah menyimpan hal ini ketika bertemu dengan lawan jenis akan ada sesuatu yang menarik perhatian di dalam dirinya.

Nyatanya banyak pelaku LGBT tidak benar-benar lesbian atau homo sejak lahir, mereka seperti itu karena adanya kekeresan seksual di keluarga, trauma, sakit hati oleh lawan jenis, pengaruh lingkungan. Selebihnya ada juga yang cuma terbawa euforia LGBT.

Hal yang paling menggelikan yang pernah saya dengar adalah ketika saya bertanya tentang tanggapan LGBT kepada beberapa orang dan banyak yang menjawab “tentu tidak setuju karena dengan adanya LGBT kiamat akan segera muncul”. Lantas, apakah ketika pelaku LGBT di hilangkan itu tandanya manusia telah membuat kiamat tidak jadi datang? Bukankah katanya mereka percaya jika kiamat itu hanya rahasia dari Tuhan mereka? Bagaimana mungkin kiamat bisa ditunda oleh manusia?

Bagaimana Solusi LGBT?

Apakah LGBT bisa dihilangkan dari Indonesia? tentu tidak. Sejak jaman nabi dahulu pun kita sudah pernah mendengar akan hal ini tetapi LGBT terus menerus muncul hingga saat ini. Hanya karena LGBT sudah dilegalkan di beberapa negara, maka LBGT di setiap negara mulai bermunculan dan menyuarakan suaranya untuk mendapatkan hak yang sama dan menurut saya hal ini sangatlah wajar. Manusia-manusia yang tinggal di Indonesia tidak hanya kelompok agama saja, banyak sekali pihak-pihak yang tertindas oleh kaum mayoritas.

Untuk itu pesan untuk kaum mayoritas yang ada di bumi ini bergeraklah sesuai hati nurani, LGBT hanya perlu dibina dan dikembalikan pemikirannya menjadi normal kembali. Untuk membina manusia carilah cara yang manusia pula. Karena nyatanya, permasalahan mengenai manusia di bumi ini selalu diselesaikan dengan kekerasan. Tentunya bagi masyarakat pun tidak perlu menjauhi LGBT karena hal ini tidak menular, jangan sampai para LGBT merasa tidak diterima di lingkungannya. Coba jika posisinya dibalikkan kelompok mayoritas dikucilkan oleh masyarakat, apakah mereka akan bisa hidup dengan senang? Stop Bullying LGBT!

 

Kepercayaan Diri Adalah Kunci

tumblr_lz769ao6yL1qeu1hbo1_500
tumblr.com

Ditulis Oleh : Putri Puspita N

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar yang kaya akan segalanya, dimulai dari pulau, suku, budaya, ras, agama, serta kekayaan alamnya yang berlimpah. Sayangnya, bangsa ini tidak sadar akan kemegahan yang dimilikinya, mereka tidak percaya akan kehebatan bangsanya sendiri sehingga yang terjadi adalah mudahnya bangsa lain untuk memecah belah dan mengontrol bangsa ini.

Sama hal nya dengan manusia, saat ini banyak manusia yang tidak mengerti untuk apa mereka dilahirkan di bumi, mereka tidak benar-benar mencari tahu akan keinginan dalam dirinya sehingga apa kata nuraninya terabaikan dan masuklah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan memberikan sistem yang tidak sesuai dengan hati nurani. Manusia dibentuk oleh lingkungannya, ketika seseorang tumbuh di lingkungan tentara, kemungkinan yang sangat kecil dia akan menjadi seorang penyanyi. Ketika seseorang tumbuh di lingkungan yang religius, maka seseorang tersebut akan selalu mengaitkan setiap hal yang terjadi di kehidupannya dengan keyakinan-keyakinan religiusnya.

Lantas apakah salah? tentu tidak. Sesungguhnya tidak ada yang salah, benar-benar salah, benar, paling benar atau mutlak kebenaran. Kebenaran sejatinya dibentuk oleh manusia itu sendiri, kebenaran dibentuk oleh lingkungan. Setiap sesuatu yang dirasa benar oleh satu lingkungan, tidak akan dibenarkan oleh lingkungan lain. Untuk itu mengapa banyak orang yang saling membenci, memaki dan timbul peperangan karena kebenaran? Bukankah itu hal yang begitu lucu ketika melihat seorang manusia dan manusia lainnya saling memaki karena perbedaan dan mengikat rapat-rapat jika kebenaran yang diyakini harus diyakini pula oleh setiap orang?

Setiap manusia memiliki hak untuk meyakini apa yang dipercaya, tetapi perilaku mengelompokkan segala sesuatu dan menarik setiap orang untuk mengikuti kelompoknya dalam jumlah yang cukup besar, tentu perlu dipertanyakan.Inilah politik. Manusia yang serakah dan ingin berkuasa tentu tidak akan bisa berkuasa sendirian tanpa pengikut yang banyak. Untuk itu sebagai bangsa yang kaya, kita harus bisa membuka logika supaya tidak mudah untuk dibodohi atas ketidak-tahuan.

Ego Manusia dan Jiwa

Manusia memiliki ego yang begitu besar dari rasa ingin memiliki, ingin menjadi pemimpin, ingin menjadi yang paling dari yang paling. Untuk memenuhi segala ke-ego-an yang dimilikinya tentunya manusia ingin membuktikan jika mereka bisa menjadi apa yang lingkungannya dapatkan. Ketika mereka bisa mencapai titik diakui akan keunggulan yang didapatkan oleh lingkungan maka disana akan mencapai kepuasan, nantinya mereka akan mendapatkan keinginan dari lingkungan yang baru sehingga dengan segala cara mereka berusaha ingin menjadi apa yang lingkungannya inginkan, begitu seterusnya kepuasan itu tidak akan pernah habis.

Secara tidak sadar manusia seperti itu sudah dikontrol oleh lingkungannya, begitu ironi ketika melihat manusia-manusia menjadi semakin serakah dan haus akan kekuasaan tanpa memperdulikan kemauan jiwanya. Manusia yang mudah dkontrol oleh lingkungannya adalah manusia yang tidak percaya akan dirinya sendiri. Mereka akan mudah di-remote dari kejauhan oleh seseorang. Ketika mereka ingin mengikuti apa kata hati nuraninya yang tidak sejalan dengan lingkungan maka akan timbul tekanan. Lihat saja bangsa ini. Bangsa Indonesia yang begitu kaya karena tidak percaya akan kekuatan bangsanya maka dengan mduah bangsa lain me-remote dari kejauhan.

Dimulai dari penggunaan bahasa, cara berpakaian, juga cara pemikiran bangsa ini sudah mulai di-remote oleh bangsa lain yang ingin menguasai Indonesia. Bersahabatlah dengan ilmu pengetahuan, niscaya pemikiran pun akan dibukakan melalui semesta juga Yang Maha Rahasia.

 

 

Diskriminasi LGBT

shutterstock_32218075-640x426
guelphpride.com

Ditulis Oleh : Putri Puspita N

Di belahan negara-negara lain Lesbian-Gay-Bisexual-Transgender (LGBT) saat ini sedang memperjuangkan hak-hak nya untuk bisa diterima oleh lingkungan. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Melihat LGBT di Indonesia memang bukan hal yang asing lagi walaupun keberadaan mereka mendapat kecaman di lingkungannya karena dianggap telah menyalahi kodrat dan entah mengapa banyak warga yang membenci keberadaan mereka. Entah dasar apa, saat ini warga Indonesia lebih mudah untuk membenci daripada memahami. Lebih mudah untuk mencaci daripada berkaca pada diri sendiri. Lebih senang menebarkan kemarahan dan emosi daripada menciptakan kedamaian. Padahal negara ini adalah negara yang berbudi dan sudah menjadi budaya jika masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang berbudaya dan ber-etika.

Polemik LGBT menjadi persoalan yang serius di negeri ini bahkan Mentri Riset Teknologi dan Pendidikan (Menristek) menyebutkan dalam akun twitternya

10. Larangan sy terhadap LGBT masuk kampus apabila mreka mlakukan tindakan yg kurang terpuji seperti bercinta, atau pamer kemesraan dkampus.— Mohamad Nasir (@menristekdikti) January 24, 2016

Isi twitter ini memang agak sedikit geli, lalu apakah untuk non LGBT mereka boleh pamer kemesraan dan bercinta di kampus? hehe. Sudah jelas jika kampus adalah tempat proses mencari ilmu dan bersosialisasi dengan teman-teman dan saat ini bagi non LGBT pun tidak akan ada yang akan bercinta di kampus apalagi hingga ditonton oleh banyak orang. Bangsa ini ber-etika dan memiliki norma dan hal ini sudah tertanam di dalam jiwa bangsa karena budaya yang dimiliki sangatlah kuat. Untuk itu jangan samakan Indonesia dengan negara lain.

Menteri Nasir juga menyebutkan bahwa LGBT tidak diperbolehkan masuk kampus karena merusak moral. Bukankah sudah menjadi Hak Asasi Manusia bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan sama tanpa dibedakan SARA? Entah kenapa Indonesia saat ini menanamkan nilai-nilai “rasis” untuk warganya sendiri. Kebencian ditanam sejak dini sehingga yang timbul adalah bangsa ini tidak akan bisa berkembang karena tidak mampu menerima perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan.

Negara yang memiliki tiang-tiang pemahaman nilai etika dan budaya yang mengajarkan untuk bersikap sopan santun seharusnya bisa melahirkan anak-anak bangsa yang dewasa dan mampu berdiri sendiri tanpa terpengaruh budaya lain. Ironinya, saat ini Indonesia sadar atau tidak sedang dipengaruhi oleh negara lain supaya budaya negara tersebut bisa masuk dan meracuni pikiran anak bangsa. Jika bangsa ini dewasa dan mampu menerima perbedaan, saya pikir jika mereka non LGBT tidak akan mudah untuk menjadi LGBT hanya karena proses “ikut-ikutan biar keren” karena bangsa ini sudah memiliki tiang yang kuat.

Ironinya bangsa Indonesia saat ini lebih memperdulikan hal-hal yang bersifat fisik yang baik tetapi buruk dalamnya, daripada menerima ide baru yang berbeda dengan lingkungan tetapi baik untuk kedamaian dan kenyamanan toleransi bangsa ini.

Saya pikir para LGBT di Indonesia pun sama hal-nya seperti pasangan normal lainnya, mereka tentu tidak akan berciuman atau doing sex di depan banyak orang. Karena bangsa ini saya tegaskan kembali memiliki ETIKA! Malahan, yang pacaran normal tidak jarang pamer kemesraan depan umum bahkan membuat orang-orang disekitarnya merasa terganggu, lalu mengapa LGBT harus di diskriminasi?

Tentu saja hal ini bertentangan dengan nilai-nilai keyakinan agama mayoritas yang ada di negara ini. Agama yang dahulu berisi nilai-nilai kebaikan kini berubah menjadi sebuah dogma yang begitu kuat, mengikat dan anti toleransi. Padahal telah disebutkan “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Romo benny dalam acara talkshow di salah satu stasiun televisi menyebutkan jika di jaman dahulu Indonesia memiliki 1000 macam keyakinan yang berbeda hal ini di implementasikan dengan 1000 arca yang terdapat di candi prambanan dan saat itu bangsa Indonesia mampu hidup berdampingan tanpa kebencian. Tetapi saat ini nilai-nilai “bhineka tunggal ika” sudah tidak mampu lagi diterima sehingga ketika perbedaan muncul peperangan yang terjadi.

Seorang intelektual mampu berpikir dan mencipta yang baru.  Mereka harus bisa bebas di segala arus masyarakat yang kacau.” – Soe Hok Gie

 

 

Manusia Abad 21 Akan Hancurkan Ekosistem

humans
pinterest.com

Sebagai makhluk yang memiliki kelebihan akan otak untuk berpikir, sudah seharusnya manusia bisa menjaga alam semesta dari segala keserakahan ego manusia. Manusia diberikan hawa nafsu yang begitu besar sehingga jika tidak bisa mengontrol akan ego-nya maka kehancuran semesta yang akan di dapatkan. Ingin berkuasa adalah menjadi salah satu ego manusia yang tidak bisa dipungkiri lagi.

Manusia di abad ini merasa bahwa teknologi yang ada sekarang sudah sangat canggih dan mereka hanya menikmati setiap buah yang ditanam oleh para peneliti terdahulu. Manusia pemalas di abad ini tidak lagi memiliki rasa ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru. Mereka hanya terus mengikuti apa kata orang-orang terdahulu tanpa mencari tahu bagaimana perjalanan para pencari untuk membuat bumi menjadi lebih baik.

Sejarah dibentuk oleh manusia dan sejarah juga bisa dirubah oleh manusia. Oleh karena itu, jika ingin memperbaiki suatu sistem sebaiknya manusia-manusia abad ini harus bangun dan terus mencari tahu untuk kebaikan masa depan bumi yang lebih layak huni bagi manusia selanjutnya. Ironisnya, karena sifat ego ingin berkuasa dari sebagain manusia lainnya membuat sebuah sistem baru dan bisa merusak manusia lainnya. Manusia abad ini hanya terus disuapi akan pengetahuan-pengetahun yang sudah ada, tetapi tidak diberi kebebasan untuk mengembangkan pikirannya.

Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang terus tumbuh dan berkembang tidak diam dan hanya mengikuti apa yang sudah sejarah berikan. Sudah ada cerita dari berbagai belahan dunia sebelumnya setiap manusia yang berbeda dan berusaha menciptakan hal-hal baru akan dianggap aneh dan gila dan bodoh tetapi perubahan yang dia berikan akan bisa dimanfaatkan oleh generasi-generasi selanjutnya. Hanya karena manusia tidak siap akan perubahan, maka melabelkan seseorang dengan cap “aneh” adalah salah satu dampaknya.

Albert Einsten

AlbertEinstein

Albert Einstein adalah seorang ilmuwan fisika yang lahir di Ulm Jerman pada tanggal 14 Maret 1897 . Sebelum dikenal sebagai manusia yang paling jenius, Einsten hanyalah manusia biasa bahkan dianggap bodoh juga gila oleh lingkungannya. Bahkan dirinya sempat dikeluarkan dari sekolah karena dianggap siswa yang bodoh dan dicap pemalas saat kuliah di Swiss Institute of Technology di Zurich. Einstein mulai dikenal ketika menemukan teori relativitas di tahun 1905 dan dikategorikan sebagai manusia tercerdas di abad 19 dan 20 bahkan hingga saat ini belum ada manusia yang bisa mengalahkan kecerdasan Einstein.

Thomas Alfa Edison

thomas alva edison

Thomas Alfa Edison ilmuwan besar yang lahir 11 Februari 1847 di Milan, Ohio, Amerika Serikat. Edison dicap sebagai siswa yang idiot disekolahnya sehingga dirinya dikeluarkan dan ibu Edison mulai mengajarkan baca dan tulis. Ternyata dugaan Edison adalah siswa yang idiot ditepis oleh Edison karena dirinya berhasil membuat penelitian dan berhasil menemukan sebanyak 3000 jenis penemuan dan hasil temuannya yang bermanfaat hingga sekarang adalah lampu listrik.

Untuk bisa menemukan lampu listrik Edison telah gagal sebanyak 999 kali dan dirinya tidak pantang menyerah hingga akhirnya menemukan lampu pijar di percobaan yang ke 1000. Rasa ingin tahu dan terus mencoba Edison terus berkembang dan pada masa itu Edison juga dijuluki sebagai penyhir Menlo Park karena diriya menemukan fonograf dimana alat ini berfungsi untuk merekam suara pada kertas timah yang dikelilingi sebuah silinder beralur, walaupun kualitas suara yang dihasilkan masih belum jernih, tetapi kehebatan ini membuat manusia pada abad ini tercengang sehingga sosok penyihir lah menjadi cap untuk dirinya.

Archimedes

archimedes

Archimedes adalah seorang ilmuwan fisika dan matematika dari Yunani (sekitar 287 SM – 212 SM. Archimedes sudah dianggap seorang yang gila oleh lingkungannya. Archimedes menemukan kesimpulan akan penelitiannya yang berbunyi  “gaya apung yang bekerja pada suatu benda di dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu”. 

Archimedes menemukan kesimpulan akan penelitiannya saat sedang mandi. Dirinya sadar ketika badannya masuk ke dalam bak mandi maka air di sekelilingnya akan tumpah sehingga air di dalam bak berkurang. Karena merasa bahagia mendapatkan kesimpulan dari penelitiannya, Archimedes berlari kegirangan dan berteriak eureka..eureka. Karena tingkah lakunya ini, lingkungannya semakin yakin akan anggapan jika Archimedes adalah seorang yang gila.

Sama halnya dengan para penemu terdahulu, manusia-manusia abad ini yang terlihat berbeda pasti akan dikucilkan masyarakat dan dianggap aneh bahkan sebutan penyihir pun diberikan. Penyakit manusia abad ini adalah mereka instan dalam mendapatkan sesuatu, terus menikmati segala hal tanpa bersusah payah sehingga tanpa sadar hal-hal seperti ini tidak akan berlangsung lama dan tentunya harus ada pergerakan kembali untuk menuju perkembangan yang lebih baik.

“Tidak hanya diam dan terus melangkah di satu jalan untuk dikatakan benar. Bumi tidaklah diam, begitu juga isi dari bumi juga makhluk hidup lainnya. Semuanya berevolusi.”

Manusia pemalas abad ini terlalu takut akan perubahan, terlalu takut akan dikucilkan oleh lingkungan karena dirinya tidak bisa bersahabat dengan diri sendiri. Pendapat orang lain lebih berarti dibandingkan keinginan hati nurani, rasa toleransi akan perbedaan dari mulai cara berpikir juga kepercayaan tidak akan ada lagi. Jika manusia abad ini tidak melakukan perubahan demi kebaikan masa depan maka rusak ekosistemnya dan punah juga makhluk hidupnya.

 

 

Mencari Sang Pencipta

tumblr_nbpphrUW2r1tuzuumo1_250
tumblr.com

Manusia menempatkan Sang Pencipta berada di tingkatan paling tinggi bahkan tidak terdefinisikan oleh apapun. “The Creator” dari alam semesta ini sudah dipertanyakan dari jaman ke jaman oleh manusia. Manusia diberi kelebihan untuk berpikir tentunya merasa ingin tahu siapakah pencipta dari seluruh alam semesta beserta isinya karena manusia tidak pernah bertemu dengan siapa yang menciptakan mereka. Rasa ingin tahu yang begitu dalam tentunya dirasakan oleh setiap insan, tetapi sayangnya ada beberapa kelompok yang tidak memperbolehkan untuk mengandai-andaikan bahkan mempertanyakan akan “sosok Tuhan”. Padahal setiap manusia tidak harus mengingkari hati nuraninya,  menjadi berbeda dan tidak sama dengan apa yang banyak orang pikirkan tidak seharusnya menjadi sebuah ketakutan karena hakikatnya setiap manusia dilahirkan berbeda-beda.

Jalal Ad Din Muhammad Rumi (Rumi)

Seorang penyair sufi yang bernama Rumi menyebutkan bahwa Manusia yang bertahan dalam ketidaktahuannya tentang Tuhan dan tidak berusaha dengan segala kemampuannya untuk memahami Tuhan, ia bukanlah manusia. Tuhan yang dapat di pahami seseorang bukanlah Tuhan. Manusia yang sejati tak akan pernah berhenti berusaha. Dia menunggu tiada henti di sekitar ” cahaya” Tuhan yang mengagumkan. “Tuhan ” adalah lilin  yang “membakar” manusia dan terus menariknya agar lebih dekat. Tapi kedekatan itu tak terpahami oleh intelek.

“Salib dan umat Kristen, ujung ke ujung sudah ku uji. Dia tidak di Salib. Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno. Tidak ada tanda apapun di dalamnya. Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah dan ke Kandahar aku memandang. Dia tidak ada di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Dengan tegas aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan). Disana cuma ada tempat tinggal (legenda) burung Anqa. Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah. Dia tidak ada disana. Aku menanyakannya kepada Avicenna (Ibnu Sinna ) sang filsuf. Dia ada di luar jangkauan Avicenna. Aku melihat ke dalam hatiku sendiri, disitulah tempatnya, aku melihat dirinya. Dia tidak di tempat lain.”

Rumi menyebutkan bahwa untuk bisa mengenal siapakah Pencipta manusia harus bisa mengenal dirinya sendiri, cara mengenal Tuhan bisa dilakukan dengan cara apapun karena sesungguhnya Tuhan berada dimanapun bahkan ada beberapa orang yang bisa merasakan bahwa Tuhan itu ada di dalam secangkir kopi ataupun ketika dalam situasi kesakitan yang mendalam. Koneksi antara manusia dan Tuhan hanyalah bersifat personal, dan setiap manusia dan manusia lainnya bisa merasakan kehadiran Tuhan dengan caranya masing-masing.

Secara personal Tuhan menurut saya kehadirannya seperti udara (selalu ada dan saya sangat membutuhkannya untuk tetap hidup) tetapi saya tidak bisa melihat bagaimana bentuknya. Saya selalu berusaha menggenggam bahkan memeluk udara tetapi saya tidak bisa, bahkan ketika saya berjalan saya hanya bisa merasakan lewat jemari tangan saya dan saya sangat menikmati masa-masa itu. Tetapi sesungguhnya Tuhan lebih daripada itu sendiri. Tidak terdefinisikan. Hanyalah jiwa yang bisa merasakan.

Sangat disayangkan pikiran manusia dibatasi oleh lingkungan akan kebebasan berpikir sehingga ketika seseorang ingin menyalurkan ide yang berbeda tentunya tidak akan bisa terima bahkan dikucilkan dari masyarakat.

Sigmund Freud

Dalam psikologi Sigmund Freud menyebutkan bahwa dirinya percaya jika Tuhan adalah ilusi yang harus ditinggalkan manusia dewasa. Tuhan bukanlah sebuah dongeng atau suatu kebohongan tetapi menjadi sebuah saran alam sadar . Tuhan di analogikan sebagai sosok ayah yang selalu dihormati. Freud percaya bahwa manusia merindukan sosok ayah yang selalu melindungi akan keadilan juga jujur juga penuh kasih sayang. Hal inilah yang membuat beragam jenis agama tumbuh dimana dalam agama setiap manusia belajar akan etika sebagai manusia. Menurutnya ketika manusia tumbuh dewasa agama harus ditinggalkan karena adanya sains dan logos baru sehingga bisa mengganti posisi sosok Tuhan dan manusia dewasa dianggap sudah mempunyai benteng yang kokoh akan kepercayaan terhadap dirinya sendiri.

“Tidak, sains kita bukanlah ilusi! Adalah ilusi jika mengatakan bahwa yang tidak dapat diberikan oleh sains dapat kita peroleh dari orang lain” (Sigmund Fred, The Future of An Illusion;56)

Frederich Nietzsche

Frederich Nietzsche adalah seorang filsuf yang dianggap gila bahkan Nietzsche menyebutkan bahwa “Tuhan sudah mati”. Nietzsche percaya bahwa kematian Tuhan bisa membuat perubahan baru bagi umat manusia  menjadi lebih baik dan menjadi manusia yang baru.  Nietzsche percaya  bahwa manusia bisa menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri karena manusia bisa mendapatkan apa yang mereka harapkan denganmengandalkan kekuatan dirinya.

Nietzsche sangat menyayangkan akan konsep Tuhan yang amat jahat juga pemarah akan kehidupan. Entah kenapa manusia mempersepsikan bahwa Tuhan adalah sosok yang begitu kejam dan pencemburu. Walaupun Nietzsche menyebutkan bahwa Tuhan sudah mati tetapi dalam karyanya yang lain yaitu Thus Spoke of Zarathustra dirinya menciptakan sosok manusia super dan sangat berbanding terbalik akan dirinya yang lemah lembut juga kesepian. Dalam Zarathustra,  Nietzsche berharap jika Tuhan akan kembali pada dirinya

“Tidak! Kembalilah, dengan semua kesengsaraanmu. Oh kembalilah kepada penyediri yang trekahir! Semua linangan air mataku mengalir demi dirimu! dan bara terakhir dari hatiku menyala untukmu, oh kembalilah Tuhanku yang asing! Deritaku! kebahagiaanku yang terakhir”

 

 

 

Agama dan Manusia

religion
tumblr.com

Agama. Apakah itu agama? Kenapa banyak manusia yang mati karena agama? Kenapa perpecahan bisa dibuat melalui agama? Apakah agama sangat menyeramkan? Dari berbagai macam jenis agama yang ada di seluruh dunia, manakah agama yang paling benar?

Agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta dimana A adalah tidak sedangkan gama yaitu kacau. Agama artinya tidak kacau. Agama sendiri dibentuk karena manusia pada dasarnya membutuhkan aturan supaya tidak kacau hidupnya. Bumi ini penuh dengan manusia yang bersifat rakus dan serakah sehingga nenek moyang terdahulu membentuk agama supaya bisa mendidik manusia supaya lebih baik dan teratur. Perubahan jaman dari masa pra sejarah hingga modern dan saat ini di jaman yang serba smart technology telah membentuk agama dengan konsep yang berbeda. Agama yang dahulunya menjadi sebuah aturan bagi manusia untuk bisa memaknai kehidupan kini menjadi pemecah belah suatu kelompok dan menjadi sebuah peperangan dengan membawa nama Tuhan. Tragis.

Dalam psikologi agama bisa dijadikan sebagai penawar bagi tekanan jiawa bahkan menentramkan batin karena ajarannya yang indah dan memberikan pesan-pesan positif bagi jiwa manusia. Itulah mengapa ketika manusia merasa sedih, gundah akan kehidupan dan khawatir akan masa depan mereka akan mengadu kepada Tuhan yang diciptakan oleh agama yang mereka yakini.

Berbeda agama berbeda pula konsep Tuhan yang diyakini, sayangnya perbedaan ini menjadi bencana bagi manusia.Dari jaman dahulu manusia memang mempertanyakan siapakah yang menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya, sehingga para leluhur mulai menciptakan sosok yang begitu sempurna yang disebut dengan para dewa dan Tuhan.  Tuhan Yang Maha Sempurna kini  menjadi Tuhan Yang Wajib Dibela. Bukankah manusia percaya akan kesempuraan Tuhan Yang Maha Segala?

“Agama adalah sesuatu yang spritual dan bersifat personal antara manusia dan Tuhannya sehingga jangan jadikan agama menjadi pemisah antara manusia dengan manusia lainnya”

Tidak ada agama yang benar dan tidak ada agama yang salah. Agama hanya sebuah aturan untuk mengikat manusia dalam satu kelompok yang sama supaya bisa menjalankan esensi dari ajaran yang diyakininya. Untuk itu sebagai manusia yang berpikir mulailah menuju jalan kebaikan dan kedamaian bukan saling membenci karena perbedaan agama. Apalagi memilih dan memilah pertemanan hanya karena agama, sesungguhnya jiwa manusia sudah benar-benar paham mana yang baik dan mana yang tidak.

Itulah mengapa negara yang tidak memiliki agama tetapi sadar akan hakikat dirinya sebagai manusia lebih sukses dan tidak mudah dikelabui negara lain sehingga bisa berdiri sendiri dibandingkan negara yang terus mempermasalahkan status agama hingga tidak sadar akan kualitas dirinya sebagai manusia hanya karena perbedaan agama hingga hancurlah bangsanya.

 

 

 

Tetaplah Menjadi Indonesia

menjadi indonesia
tumblr.com

Selain kaya akan kekayaan alam dan budaya, Indonesia juga kaya akan perbedaan keyakinan. Bangsa Indonesia yang kaya dan katanya ingin menjadi sebuah negara yang maju ini sayangnya belum benar-benar bisa berdiri sendiri dan percaya akan kekayaan yang dimilikinya hingga akhirnya di jaman yang sudah maju ini Indonesia masih mudah dibodohi oleh para penguasa dari negara sendiri bahkan negara lain. Indonesia yang kaya akan budaya tentunya memiliki banyak perbedaan di setiap pulau-nya. Berbeda pulau berbeda pula budaya, agama dan cara berbicara. Perbedaan ini begitu indah karena setiap manusia sejatinya bisa belajar lebih banyak dari budaya yang  beragam ini. Sehingga muncul “Bhineka Tunggal Ika”

Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang berasal dari bahasa Jawa Kuna. Bhinneka artinya beraneka ragam,  sedangkan neka sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya aneka atau bermacam-macam. Tunggal artinya satu dan Ika itu adalah satu. Jadi Bhinneka tunggal ika adalah negara yang satu tetapi memiliki beraneka ragam perbedaan ras, suku, agama dan budaya dan bisa hidup berdampingan dengan menanamkan toleransi kepada setiap insan sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang penuh kedamaian tanpa peperangan.

Dari jaman nenek moyang, Indonesia sudah memiliki banyak sekali budaya yang berbeda dan hingga saat ini perbedaan yang beragam dan unik menjadi suatu keindahan tersendiri untuk Indonesia. Tetapi sayangnya, ada saja oknum-oknum yang tidak mau melihat Indonesia menjadi suatu bangsa yang besar sehingga mereka menciptakan sebuah perubahan kebudayaan hingga membuat perpecahan di tanah yang kaya raya ini.

Indonesia yang sudah jelas sebuah negara yang bertoleransi akan perbedaan kini menjadi negara yang tidak mampu menerima perbedaan. Salah satunya yang sedang gencar di tanamkan oleh bangsa lain yaitu “penanaman kebudayaan dan kepercayaan di Indonesia”. Indonesia saat ini tidak lagi saling menghargai sesamanya, ketika kepercayaan yang dimiliki berbeda maka ungkapan-ungkapan yang tidak sepantasnya diucapkan seperti “kafir, haram, tidak layak hidup di Bumi Tuhan”. Hal ini bisa disebut sebagai penjajahan yang dimulai melalui kebudayaan dan kepercayaan.

Agama di Indonesia

Indonesia tidak hanya memiliki satu kepercayaan. Indonesia bukanlah negara Kristen, Budha, Hindu, Yahudi, Islam atau kepercayaan lain yang belum pernah diketahui sebelumnya. Indonesia adalah kesatuan dari bermacam-macam kepercayaan yang ada. Tetapi, saat ini ada beberapa pihak yang ingin menjadikan Indonesia memiliki satu kepercayaan saja hanya karena kepercayaan tersebut adalah kepercayaan mayoritas yang dianut. Cara yang dilakukan oleh pihak tersebut juga sungguh ironi dimana mereka mulai merusak jalan pikiran generasi penerus bangsa, merusak sifat kemanusiaan dan toleransi. Mengkafirkan kepercayaan orang lain dan berteriak atas nama Tuhan Yang Maha Suci.

Padahal setiap keyakinan yang dirasakan oleh agama Islam adalah sama hal-nya dengan keyakinan yang dirasakan oleh agama Kristen, Hindu, Budha, Yahudi maupun yang lainnya. Keyakinan yang bersifat spiritual hanya bisa dirasakan secara personal dan sebagai manusia sejatinya  tidak berhak untuk menuntut  harus memiliki keyakinan yang sama.

“Sesungguhnya mengucapkan selamat pada hari besar suatu agama lain bukanlah sesuatu yang bersifat keburukan dan tidak pula diharamkan”

Saling menghargai dan toleransi tanpa rasa dengki akan menghasilkan hal yang lebih indah dibandingkan saling mencaci karena perbedaan. Tetaplah menjadi Indonesia yang kaya akan budaya dan baik etikanya!

 

Fear Is Nothing

tumblr_nywtpq0XUY1u9hwxho1_500
tumblr.com

Banyak manusia yang hidup akan ketakutan sehingga yang di dapatkan adalah kehancuran juga penderitaan bukan kebahagiaan ataupun kedamaian. Ketakutan akan masa depan maupun masa lampau bisa mempengaruhi kehidupan seseorang. Ketika manusia hidup dalam ketakutan semua yang dia lakukan akan terus berujung kekhawatiran sehingga energi negatif di pikirannya terus bermunculan begitu pula kenyataan yang terjadi di kehidupannya akan berakhir di penderitaan.

Manusia yang hidup akan ketakutan masa depannya akan selalu dibayang-bayangi akan hal-hal yang tidak di inginkan seperti pencapaian target yang takut tidak akan sesuai ataupun ketakutan akan sesuatu yang menyakitkan. Biasanya manusia yang takut akan masa depan karena tidak siap akan perubahan sehingga tidak mampu meninggalkan masa lampau.

Kenyataan bahwa waktu bukanlah sesuatu yang diperhitugkan dan ditakutkan karena hal itu semua dibentuk oleh pikiran manusia sendiri.

Sehingga sikap dan perilaku yang dituturkan menjadi sebuah bentuk akan kejadian di masa lampau yang bisa disebut sebagai trauma karena kejadian tersebut mengguncangkan perasaan seseorang. Untuk menjadi manusia yang seutuhnya mencapai ketenangan cobalah untuk “berserah diri” dan memang untuk bisa sampai ke tahap ini bukanlah hal yang mudah. Akan banyak perjalanan panjang yang akan membuat manusia tercengang sehingga satu-satunya jalan adalah berserah diri kepada Yang Memiliki.

Ram Dass : Be Here Now

Ram Dass pernah menyebutkan bahwa ” manusia tidak bisa berpikir di dalam ruang dan waktu. Dengan adanya ruang dan waktu, manusia tidak bisa berpikir secara jernih dan bebas. Ketika dikhawatirkan dengan waktu yang terus berjalan manusia akan berpikir untuk menyusun strategi akan kehidupan di masa depannya, kekhwatiran akan usia, tekanan akan lingkungan juga masyarakat, teman-teman yang menghilang dan sulit untuk menanamkan kepercayaan untuk orang-orang yang baru. Semuanya menjadi bentuk kekhawatiran sehingga untuk bisa lepas dan berpikir dengan tenang bukan lagi hal yang gampang.

Setiap manusia seharusnya bisa percaya akan dirinya sendiri, percaya bahwa setiap jiwa memiliki kemampuan yang luar biasa, bahwa kekuatan pikiran manusia ketika sudah tidak terikat akan ruang dan waktu akan mencapai limit sehingga kekhawatiran akan segala hal menghillang. Manusia akan sadar bahwa dirinya adalah sebuah kebahagiaan yang ada di alam semesta ini.

Teori Evolusi Darwin

Teori evolusi Charles Darwin adalah teori evolusi yang didasarkan pada teori Seleksi Alam, yang pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin dalam bukunya “On the Origin of Species” atau “Asal Usul Spesies” yang diterbitkan tahun 1859.

Teori evolusi Darwin menyebutkan bahwa “untuk mempertahankan hidupnya makhluk hidup akan bersaing, dimana individu yang akan tetap hidup adalah individu yang bisa menyesuaikan dirinya dengan alam lingkungannya (seleksi alam)”

Darwin menyatakan bahwa individu-individu yang berasal dari spesies yang sama akan menunjukkan adanya variasi diantara mereka. Kemudian individu-individu yang memiliki sifat menguntungkan akan terus hidup dan berkembang biak. Akhirnya setelah banyak generasi, sifat-sifat menguntungkan menjadi lebih umum, sehingga populasi berkembang terdiri dari sifat yang menguntungkan saja.

Manusia Saat Ini

Begitu juga hal-nya dengan saat ini, manusia yang tidak mampu bertahan akan kejadian masa lampau dan tidak mampu menghadapi masa depan sudah dipastikan akan lebih cepat menghadapi kematian karena jiwanya yang tidak sehat.  Padahal hakikat manusia yang telah dilahirkan ke bumi yang indah ini adalah mendapatkan kebahagiaan dan menjaga alam yang tidak semestinya dirusak oleh ego manusia yang begitu liar.

Lihat saja petinggi negara saat ini banyak hal-hal yang salah menjadi benar karena adanya “the power of money”. Yang salah tetap benar, yang benar bisa menjadi salah atau bahkan akan kalah dengan seleksi alam yang sudah hancur saat ini. Kasihan. Banyak manusia yang sudah diperbudak akan kekuasaan juga uang. Mereka sudah tidak mengikuti hati nuraninya melainkan ego-nya yang begitu kuat (itulah yang disebut setan dalam diri). Ketika mereka tidak mampu menguasai dan mengenal dirinya sendiri, maka ego yang menguasainya. Bumi pun menangis, bencana alam dimana-mana itulah salah satu bentuk ulah manusia sendiri bukan salah satu kemarahan Tuhan seperti yang sering diperbincangkan.

Bukankah Yang Maha Pencipta itu tidak serupa dengan manusia yang bisa kecewa dan dilampiaskan dengan amarah ketika kekecewaan yang didapatkan?

 

 

 

 

 

Karena Kematian Adalah Keindahan

 

death

Apa yang harus ditakutkan dari kematian? Apa kematian begitu menakutkan? bukankah kematian adalah peristiwa yang begitu membahagiakan karena manusia bisa bertemu dengan siapa yang menciptakannya? Bukankah mereka rindu akan Sang Pencipta?

Manusia jaman sekarang di program untuk takut akan kematian dan selalu mengingat akhir jaman tetapi mengabaikan bagaimana caranya harus berbuat kebaikan kepada sesama insan. Manusia tidak bisa hidup tenang jika terus ditakuti bahwa kematian itu begitu menyeramkan. Padahal setiap apa yang terjadi di dunia ini harus dinikmati setiap detiknya, sehingga banyak manusia yang tidak mudah untuk bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan. Begitu juga dengan kematian, peristiwa yang begitu mengesankan dan penuh kedamaian kini dibingkai menjadi sesuatu yang mengerikan.

Kenyataannya, manusia takut mati hanya karena mereka tidak mau untuk masuk neraka. Bukan karena ini bertemu Penciptanya.

“ Manusia takut akan kematian karena mereka begitu terikat dengan apa yang ada di dunia ini, manusia tidak benar-benar bisa melepaskan apa yang sudah mereka miliki di dunia. Ketika manusia bisa melepaskan dan sadar bahwa apa yang di dunia ini akan datang dan pergi sama halnya dengan “keberadaan dirinya”. Maka manusia akan sadar bahwa kematian adalah hal yang indah seperti kelahiran.

Manusia akan lahir dan akan mati. Lahir dan kematian adalah enigma yang akan selalu menjadi rahasia.

Jika dipikirkan kembali, bukankah seharusnya manusia lebih takut ketika mereka dilahirkan ke dunia daripada harus kembali kepada yang menciptakannya? Ketika manusia dilahirkan mereka tidak benar-benar tahu apa yang akan mereka hadapi di dunia ini. Mereka tidak tahu bahwa mereka akan menghadapi manusia yang sangat picik, egois, mengikuti hawa nafsu yang begitu besar, sulit untuk membentuk kepribadian yang harus sesuai dengan lingkungan. Tetapi untuk menghadapi kematian manusia sudah dibekali oleh hal-hal yang begitu menakutkan.

Jika ketika sebelum lahir manusia sudah ditakut-takuti bahwa kelahiran adalah hal yang mengerikan, indeed setiap manusia pasti akan memohon untuk tidak dilahirkan di dunia ini. Begitu pun kematian, jika manusia tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi saat kematian datang tidak ada yang perlu ditakuti kemudian.

“ Karena kematian-keniscayaan. Kematian-kesempurnaan. Kematian tiba-tiba datang atau dinantikan. Kematian kesempurnaan. Dan kematian hanya perpindahan” –Putih. ERK-