Arsip Tag: psikologi

Memanusiakan LGBT

tumblr_nyae31FtLG1ul0yoco1_500
tumblr.com

Maraknya pemberitaan LGBT di berbagai macam media massa membuat masyarakat menjadi semakin takut. Entah apa yang ditakuti, yang jelas mereka menakuti-nakuti pikiran mereka sendiri sehingga muncul ketidak-nyamanan untuk bertegur sapa dengan para LGBT mereka menjauhi dan memberikan label “menjijikkan” pada LGBT sudah pasti ditanam dalam pikirannya. Hal yang paling ironi yang baru saja saya liat adalah munculnya spanduk “KAMI MENGUTUK LGBT” di depan Universitas berbasis agama di salah satu kota Bandung. Entah kenapa spanduk yang berisi kutukan ini seperti berkoar untuk membenci dan tentunya mereka yang katanya menerapkan nilai-nilai keagamaan tampaknya tidak memiliki solusi.

Walaupun tidak ada yang benar dari benarnya manusia tetapi kata “Mengutuk” yang mereka sebarkan pun layaknya kurang pantas. Manusia sekarang seolah-olah ingin menjadi Yang paling Maha diantara segala. Mereka bisa bebas menghakimi dan bisa memberikan hukuman kepada manusia lainnya, mereka lupa jika yang mereka lakukan adalah saling menyakiti sesamanya. Entah apa yang membutakan mereka, apakah dogma yang begitu kuat atau tidak ada lagi rasa kemanusiaan diantara sesama. Bhineka Tunggal Ika hanyalah semu semata.

Dalam penelitiannya Micheal Friedman seorang psikolog dari Manhatann menyebutkan bahwa sebanyak 50 % remaja LGBT mengalami reaksi negatif dari orang tua mereka, 30 % mengalami kekerasan fisik , dan 26 % ditendang keluar dari rumah. Sedangkan dalam orang dewasa LGBT mereka cenderung mengalami depresi dan kemungkinan tiga kali lebih besar untuk menggunakan obat-obatan terlarang dan delapan kali lebih mungkin berusaha bunuh diri karena merasa dikucilkan oleh lingkungannya.

Apa yang menyebabkan lingkungan sangat membenci LGBT?

Tentu yang paling utama ada dari agama, norma, hukum negara. Menurut hasil penelitian saya, orang yang benar-benar mengatakan bahwa dirinya adalah seorang LGBT adalah “ketika mereka merasa jika jiwanya tidak sesuai dengan badan yang ditempatinya saat ini”. Mungkin ada beberapa orang yang menampik hal ini dan sama sekali menganggap hal ini kebohongan. Tetapi tentu tidak untuk seseorang yang benar-benar merasakannya.

Masyarakat Indonesia yang sudah termakan dogma-dogma yang begitu kuat tidak mudah untuk mencari tahu apalagi mencari tahu melalui ilmu pengetahuan mereka lebih senang dengan sesuatu yang instan dan mendengar kebohongan yang tanpa disadari dimakan oleh otaknya. Sehingga yang mereka hasilkan adalah kebencian.

Banyak pihak yang menganggap jika LGBT ini adalah suatu penyakit yang menular dan harus dimusnahkan. Maksud dimusnahkan disini bagi para pengikut agama adalah dimusnahkan manusianya bukan penyebabnya. Solusi yang begitu menggelitik menurut saya. Entah kenapa orang yang beragama yang katanya cinta terhadap Tuhan-nya dan sangat menjunjung nilai-nilai kebaikan bisa memakan mentah-mentah setiap kata yang ada. Padahal dalam kitab sucinya pun sudah disebutkan bahwa mereka harus menggunakan akal untuk berpikir.

Menurut saya, ketika manusia dilahirkan jika tidak ada gender mereka tidak akan tahu bahwa mereka itu laki-laki atau perempuan. Karena kehidupan ini sudah diatur oleh para leluhur dengan segala aturan juga sistem yang ada maka terbentuklah aturanĀ  ketika seorang bayi lahir perempuan mereka akan diarahkan untuk menjadi seorang perempuan, bertingkah laku seperti perempuan dan dibentuk untuk menjadi sebagaimana sosok perempuan, begitu juga sebaliknya dengan laki-laki. Orientasi seksual mereka sudah dibentuk sejak kecil sehingga otak mereka sudah menyimpan hal ini ketika bertemu dengan lawan jenis akan ada sesuatu yang menarik perhatian di dalam dirinya.

Nyatanya banyak pelaku LGBT tidak benar-benar lesbian atau homo sejak lahir, mereka seperti itu karena adanya kekeresan seksual di keluarga, trauma, sakit hati oleh lawan jenis, pengaruh lingkungan. Selebihnya ada juga yang cuma terbawa euforia LGBT.

Hal yang paling menggelikan yang pernah saya dengar adalah ketika saya bertanya tentang tanggapan LGBT kepada beberapa orang dan banyak yang menjawab “tentu tidak setuju karena dengan adanya LGBT kiamat akan segera muncul”. Lantas, apakah ketika pelaku LGBT di hilangkan itu tandanya manusia telah membuat kiamat tidak jadi datang? Bukankah katanya mereka percaya jika kiamat itu hanya rahasia dari Tuhan mereka? Bagaimana mungkin kiamat bisa ditunda oleh manusia?

Bagaimana Solusi LGBT?

Apakah LGBT bisa dihilangkan dari Indonesia? tentu tidak. Sejak jaman nabi dahulu pun kita sudah pernah mendengar akan hal ini tetapi LGBT terus menerus muncul hingga saat ini. Hanya karena LGBT sudah dilegalkan di beberapa negara, maka LBGT di setiap negara mulai bermunculan dan menyuarakan suaranya untuk mendapatkan hak yang sama dan menurut saya hal ini sangatlah wajar. Manusia-manusia yang tinggal di Indonesia tidak hanya kelompok agama saja, banyak sekali pihak-pihak yang tertindas oleh kaum mayoritas.

Untuk itu pesan untuk kaum mayoritas yang ada di bumi ini bergeraklah sesuai hati nurani, LGBT hanya perlu dibina dan dikembalikan pemikirannya menjadi normal kembali. Untuk membina manusia carilah cara yang manusia pula. Karena nyatanya, permasalahan mengenai manusia di bumi ini selalu diselesaikan dengan kekerasan. Tentunya bagi masyarakat pun tidak perlu menjauhi LGBT karena hal ini tidak menular, jangan sampai para LGBT merasa tidak diterima di lingkungannya. Coba jika posisinya dibalikkan kelompok mayoritas dikucilkan oleh masyarakat, apakah mereka akan bisa hidup dengan senang? Stop Bullying LGBT!